Boneka Itu...
Hari ini aku berulang tahun. Aku mendapat banyak hadiah dari keluargaku. Khususnya dari nenek, namun beliau memberikan hadiah yang menurutku biasa- biasa saja. Lain halnya dengan papa dan mama, mereka berdua memberikan hadiah yang amat istimewa, yaitu sebuah jam tangan dari Paris dan sepatu kulit dari London. Tapi, nenek justru hanya memberikan sebuah boneka yang terbuat dari kain perca. Mata boneka tersebut terbuat dari kancing baju yang tidak serupa baik ukurannya maupun warnanya.
“
Maaf Dea, nenek hanya bisa memberikan boneka ini di hari ulang tahunmu.” Kata
nenek yang sampai sekarang masih saja teringat di pikiranku.
Sebenarnya,
dari hatiku yang paling dalam ingin sekali aku membuang boneka itu. Namun apa
daya? setiap malam sebelum aku tidur nenek selalu masuk ke kamarku untuk
memastikan apakah boneka buatannya masih ada di kamarku atau tidak. Pernah
sekali aku mencoba membuang boneka tersebut ke tempat sampah di dalam kamarku.
Melihat hal itu, nenek langsung mengambil boneka itu dan langsung mencucinya.
Lalu, nenek bertanya kepadaku kenapa boneka itu bisa ada di tempat sampah dalam
kamarku. Karena aku gugup dan panik, akhirnya aku terpaksa berbohong pada nenek
dengan mekatakan bahwa yang membuang boneka itu adalah Mundy, kucingku.
Namun,
karena boneka itulah aku diejek oleh teman- temanku di sekolah. Suatu hari,
Risa, Pipit, dan Qania bermain ke rumahku. Mereka bertiga masuk dan bermain
bersamaku di dalam kamarku. Namun apa yang mereka katakan saat melihat boneka
itu? Mereka mengatakan bahwa boneka itu boneka murahan, jelek, kotor, dan kuno.
Mendengar
hal ini, aku pun langsung menangis. Saat ini, tidak ada orang yang bisa aku gunakan sebagai teman. Kecuali
para boneka yang ada di kamarku, termasuk boneka dari nenek. Memang, boneka
dari nenek sangat setia menemaniku disaat aku sedang sedih maupun senang. Tapi,
karena boneka itulah aku menjadi bahan ejekan di sekolah.
Karena aku
sudah tak tahan lagi, akhirnya aku berkata jujur pada nenek yang sedang duduk
di sofa sambil menonton televisi. “Ehmm Nek, bolehkah aku berbicara sebentar
dengan nenek? “ kataku sambil duduk di semping nenek dan memangku boneka
tersebut. “Ya tentu boleh cucu nenek yang cantik” kata nenek sambil tersenyum.
“ Nek, ini Dea kembalikan boneka dari nenek. Makasih ya, “ lho, kenapa Dea?
Bukannya nenek selalu melihat kamu memainkan boneka ini bersama boneka- boneka
lainnya? “ . Mendengar hal ini aku langsung menceritakan semua peristiwa yang
aku alami karena boneka tersebut. “oh, baiklah nggak apa-apa maafin nenek ya,
kalau udah ngasih hadiahh yang membuatmu nggak nyaman.” “Mmm.. tapi nenek nggak
marah kan sama Dea? “ “Ya tentu enggak, dea..”
Deg!! Lagi-
lagi aku teringat peristiwa itu kembali. Peristiwa yang sangat membuatku merasa
bersalah. Dan 7 hari setelah aku mengambalikan boneka kepada nenek, nenek
meninggal dunia.
Saat ini aku
rindu dengan nenek. Aku rindu senyumnya, kata- katanya, dan aku juga rindu
boneka nenek. Seketika aku teringat akan boneka itu. Dan aku ingin memiliki
boneka itu kembali. Tapi, dimana nenek menyimpan boneka itu? Dengan setengah
berlari, aku langsung menuju kamar nenek. Terdapat sebuah kamar yang sunyi dan
penuh kedamaian. Tampak sebuah benda kecil berada diantara bantal nenek,
setelah kudekati ternyata itu adalah boneka buatan nenek. Sontak aku pun
langsung memeluk boneka itu dengan menangis tersedu- sedu. Saat aku sedang
menangis di kamar nenek, tiba- tiba papa dan mama datang dan langsung memelukku. Teman- temanku pun datang
dan langsung meminta maaf kepadaku.
Malamnya,
aku bermimpi bertemu dengan nenek. Di dalam mimpiku, nenek berpakaian seperti
putri kerajaan, cantik sekali. Nenek pun tersenyum kepadaku dan berkata “Dea,
nenek ingin kamu menjaga serta merawat boneka buatan nenek dengan baik ya.
Memang, boneka itu tidak seberapa bagusnya, tapi paling tidak kamu tidak
kesepian lagi saat kamu ditinggal oleh papa dan mama pergi..” kata nenek dengan
lembut.
Mendengar
hal itu aku pun langsung berkata “Baik nek, Dea janji”
Aku pun
langsung terbangun dan memeluk boneka itu dengan erat. Seketika aku pun
berfikir, bahwa kasih sayang nenek lebih besar daripada kasih sayang papa dan
mama. Buktinya saat papa dan mama pergi, hanya nenek yang dapat menemaniku.
Saat aku sedih, hanya nenek yang dapat menghiburku, dan saat aku menangis hanya
nenek yang dapat menenangkanku.
Aku tak
peduli, papa dan mama ingin memberikanku benda-benda yang super mahal
sekalipun. Tapi aku tidak menginginkan itu. Aku hanya menginginkan kasih sayang
dari papa dan mama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar