Misteri Anak Kecil di Rumahku
“Hahaha....” deg! Terdengar suara anak kecil itu lagi di
lorong rumahku. “Aduh bagaimana ini, aku sedang sendirian di rumah. Hii serem”
kataku dalam hati. Beberapa bulan yang lalu, aku dan keluargaku baru saja
pindah ke rumah ini. Rumah ini memang sedikit kuno, kaca rumahnya masih tinggi
dan besar- besar. Dinding rumahnya memang masih kuat sekali. Kalau digambarkan,
rumah ini mirip dengan rumah pada zaman penjajahan Belanda. Dan kata para orang
asli daerah sini, rumah ini sudah ditinggalkan oleh pemiliknya selama 10 tahun.
“Tin.. tin..” suara klakson mobil ayah. “Alhamdulillah”
kataku dalam hati. Dengan sedikit berlari, aku membuka pintu rumahku. Dan
ternyata adikku sudah ada di depan pintu. “Kak Vivi, aku bawakan burger sama
jus mangga” kata adikku, Yosita. “Wah makasih ya, sini kakak bantuin bawa
belanjaannya” kataku sambil membawa belanjaan yang dibawa Yosita dan mama.
“Kakak, anterin Yosita ambil boneka barbie di lorong rumah yuk, Yosita kan takut gelap” kata Yosita
sambil menggandeng tanganku.
“Apa? Lorong rumah? Kalo gitu sih aku juga takut. Tapi Yosita
ingin mengambil boneka itu.
”Kak kok malah diem? Ayo kita ambil” kata Yosita mengangetkan
lamunanku.
“Eh iya iya” kataku dengan sedikit ketakutan.
“Nah itu boneka barbie
Yosita, tapi kok banyak debunya ya?” kata Yosita sambil mengambil boneka barbie itu.
“Yosita, kalo udah ambil boneka barbie, kita ke ruang tamu lagi yuk” kataku
“Ah kakak, Yosita kan masih ingin main sama teman Yosita
disini.” Kata Yosita
“Yosita, kamu mau main sama siapa disini? Disini kan Cuma ada
kamu sama kakak” kataku sedikit ketakutan.
“Haha, masa kakak nggak liat sih? Itu lho dii pojok lorong
itu. Itu temen Yosita, namanya Cissy. Dia orang Belanda lho, cantik ya. Tapi
dia kasihan kak, masa dia ditinggal sama orang tuanya. Makanya Yosita mau
nemenin dia disini, biar Cissy ngga kesepian lagi” kata Yosita
Tiba- tiba “hahaha....” terdengar suara ketawa anak kecil itu
lagi. Sontak aku langsung berteriak “aaaaa....”
“hahahahahaha...kakak masa sama suara boneka aja takut” kata
Yosita sambil tertawa terpingkal- pingkal.
“Boneka?” kataku pada Yosita
“Iya, tadi Yosita tekan bonekanya, jadi bunyi deh” kata
Yosita
“Oh jadi selama ini, boneka Yosita yang selalu tertawa.
Boneka itu bunyi jika ada yang menekan. Tapi, tunggu dulu. Kalo boneka itu
bunyi jika ditekan, lalu siapa yang tadi membunyikan boneka itu saat ayah,
mama, sama Yosita pergi sedangkan aku sendirian dirumah? Dan siapa yang tadi
ditunjuk oleh Yosita dan dianggap sebagai temannya?” kataku dalam hati.
Tiba- tiba terdengar suara anak kecil tertawa yang lebih
menakutkan. Padahal Yosita tidak menekan boneka tersebut. Aku pun langsung lari
keluar dari lorong dengan ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar